CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Sabtu, 22 Agustus 2009

Belajar Menjadi Pemimpin yang Nasionalis melalui "MERAH PUTIH"

Pada 13 Agustus lalu, film MERAH PUTIH menjadi salah satu film yang ikut meramaikan peringatan Hari Kemerdekaan di Indonesia. Film yang disutradarai oleh Yadhi Sugandi ini merupakan film yang fenomenal, dimana beberapa ahli yang berkecimpung dalam pembuatan film di Hollywood seperti Adam Howarth, Koordinator Special Effects dari Inggris (Saving Private Ryan, Blackhawk Down), Koordinator Pemeran Pengganti Rocky McDonald (Mission Impossible II), Make-Up dan Visual Effects Artist Rob Trenton (Batman - The Dark Knight), Ahli Persenjataan John Bowring (The Matrix, Australia, X-MEN ORIGINS:Wolverine) dan Asisten Sutradara Mark Knight (December Boys). Film yang rencananya akan dibuat trilogy ini menghabiskan dana sekitar 6juta USD.

Perjuangan Paska Kemerdekaan
Tahun 1947, kelima pemuda mendaftarkan diri ke sekolah tentara rakyat. Mereka berlima memiliki perbedaan watak, latar belakang dan kepercayaan. Namun kelimanya harus bersatu, atau Indonesia jatuh terkalahkan.

Amir (Lukman Sardi), adalah seorang muslim taat dan berperangai halus. Tadinya, ia seorang guru sekolah Islam. Kemudian, ia memilih meninggalkan profesinya sebagai guru dan berjuang sebagai tentara, meskipun sebenarnya sang istri, Melati (Astri Nurdin) tak menyetujuinya.

Marius (Darius Sinathrya), selalu berusaha mencari kelemahan orang untuk menutupi kelemahannya sendiri. Ia seorang keturunan Belanda dan Nyai. Wataknya kekanak-kanakan dan egois.

Tomas (Doni Alamsyah), anak kuli peternak ayam dari Manado. Sifatnya keras, yang ada di otaknya hanyalah menyerang dan menghabisi musuh. Ia sangat pendendam, karena seluruh keluarganya dibantai oleh Belanda.

Dayan (Teuku Rifnu Wikana), seorang Hindu Bali. Tak banyak bicara, tapi kata-katanya sangat mengena ketika ia berbicara.

Sementara, Soerono (Zumi Zola), sahabat Marius ini selalu mencoba untuk mencari jalan tengah. Ia tinggal bersama sang kakak, Senja (Rahayu Saraswati).

Sebelum mereka menyelesaikan masa latihan, dunia para kadet ini porak-poranda. Belanda menyerang kamp mereka. Satu per satu, teman mereka pun berguguran.


Sarat Makna akan Kepemimpinan
Dalam film yang mengambil setting di Bumi Perkemahan Bantir, Bandungan, Kab. Semarang ini banyak menyoroti tentang kepemimpinan. Pentingnya pengelolaan konflik dalam kelompok dan motivasi kepada para anggotanya juga banyak ditonjolkan disini.

Marius yang sering berkonflik dengan Tomas menjadi salah satu masalah yang harus diselesaikan Amir. Namun hingga akhir film ini, Tomas dan Marius dapat bekerjasama untuk mengalahkan tentara Belanda.

Selain itu, dalam suatu adegan, dimana Amir sudah tidak memiliki kepercayaan dan merasa putus asa untuk maju melanjutkan peperangan, menjadi scene yang inspiratif dimana Dayan, yang saat itu bersamanya mengatakan "Seorang pemimpin boleh mengatakan apa saja kepada anak buahnya kecuali satu, tidak tahu" dan "Seorang anak buah boleh memberikan pendapat kepada pimpinannya jika pimpinan tidak tahu". Kata-kata itu yang memberi semangat Amir untuk terus maju dalam peperangan. Makna dari kata-kata tersebut adalah pemimpin hendaknya terbuka terhadap pendapat para anggotanya. Ketika dalam suatu masalah, hendaknya masalah tersebut (tentunya masalah organisasional) dibagi untuk dipecahkan bersama.

Kebesaran hati pemimpin untuk memaknai perbedaan juga ditunjukkan disini. Ketika Amir berkata pada Dayan, "Aku percaya setiap orang punya kebebasan untuk menuju Tuhannya". Hal ini membuktikan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin tidak boleh eksklusif hanya dengan ajaran yang ia anut. Seorang pemimpin harus menghargai hak-hak para anggotanya untuk menganut kepercayaannnya masing-masing.



Akhir kata, hendaknya film yang berceritakan perang dan ada sentuhan komedi ini, layak untuk ditonton masyarakat Indonesia. Merdeka!!!



URGENSI STIMULAN KEBIJAKAN DI TENGAH KRISIS GLOBAL1

Oleh: Mudrajad Kuncoro2

Krisis keuangan global ternyata memberi pelajaran bahwa kapitalisme global terbukti rentan terhadap krisis. Ambruknya perusahaan-perusahaan besar dan global di Amerika Serikat (AS) dan Eropa menjadi headline semua media massa di dunia. Indeks harga saham gabungan dan nilai kurs ikut merosot drastis yang membuktikan contagion effect, dampak penularan krisis sangat cepat menjalar ke seluruh penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia.

Apa beda dimensi krisis Asia pada tahun 1998 dengan krisis keuangan global 2008? Dimensi krisis Indonesia tahun 1998 ternyata paling parah dibandingkan enam negara Asia lainnya. Demikian catatan Bhanoji Rao dalam buku East Asian Economies: The Miracle, a Crisis and the Future (2001). Dalam menghadapi krisis mata uang dan naiknya tingkat suku bunga, kebangkrutan perusahaan dan bank dapat menyebabkan krisis keuangan. Liquidity crunch di satu sisi, pesimisme konsumen dan investor di sisi yang lain, dapat menyebabkan kontraksi investasi, yang diikuti dengan krisis ekonomi dan pengangguran. Hal tersebut menyebabkan krisis sosial dan bahkan krisis politik. Singkatnya, sepuluh tahun lalu, Indonesia mengalami krisis total (kristal) tidak hanya krisis moneter.

Makalah ini akan menelusuri krisis keuangan global (KKG) yang dibandingkan dengan krisis keuangan Asia (KKA) tahun 1997-1998. Selanjutnya akan dianalisis sejauh mana dampak krisis keuangan global terhadap perekonomian Indonesia, bagaimana respon kebijakan pemerintah, desain dan implementasi stimulus fiskal, bagaimana arah kebijakan moneter, dan perlunya meta policy mix.

...selengkapnya donwload makalah ini



====================================================================

1 Makalah ini disajikan dalam acara seminar nasional 2009 bertajuk “Kebijakan Stimulus Fiskal: Solusi Kesejahteraan Rakyat atau Sekedar Realisasi Program Pemerintah?”, FE Undip Semarang, 8 Agustus 2009.

2 Guru Besar dan Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM; Pemimpin Redaksi Journal of Indonesian Economy & Business; Chief Economist PT Recapital Advisors. http://www.mudrajad.com.

Rabu, 12 Agustus 2009

Dokumentasi Semnas (3)





Dokumentasi Semnas (2)





Dokumentasi SEMNAS 2009